Kamis, 07 Agustus 2008

7 Kesalahan Saat Pengajuan KPR



sumber gambar


Quote:
Properti Diskon- - Tak sedikit orang gagal mengajukan kredit pemilikan rumah (KPR) karena melakukan beberapa kesalahan akibat ketidaktahuannya. Setidaknya ada tujuh kesalahan kerap terjadi dalam pengajuan KPR.



Agar kesalahan tersebut tidak terjadi pada Anda saat mengajukan kredit pemilikan rumah, beberapa uraian berikut ini bisa Anda simak:



  1. Rata-rata pemohon KPR hanya mengajukan pinjaman ke satu bank saja. Ketika bank tidak menyetujui, maka kemungkinan pemohon akan sedih dan stres. Anjurannya ialah ajukan kredit minimal ke empat bank sekaligus. Hal ini akan berguna ketika salah satu bank menolak, masih ada kemungkinan di tiga bank lainnya. Selain itu, mengajukan permohonan ke banyak bank menunjukkan bahwa Anda serius ingin meminjam uang dengan cepat.
  2. Secara psikologis, orang takut berhutangatau ingin meminjam uang dengan nilai paling kecil dengan waktu paling pendek. Sebenarnya, jika dihitung kembali, jangka waktu pengembalian uang lebih panjang akan meringankan pemohon kredit karena harga properti dipastikan akan terus naik, sedangkan biaya cicilan tidak berubah.
  3. Biasanya, orang meminjam uang ketika dalam kondisi tidak memiliki uang. Orang menganggap jika berutang akan membuat usaha menurun, sehingga baru berhutang setelah usahanya jatuh. Sialnya, bank hanya memberikan pinjaman kepada orang yang memiliki uang. Hal itu karena orang tersebut tentu bisa membayar cicilan hutangnya.
  4. Biasanya, orang menabung setelah dikurangi pengeluaransehingga tabungan bergantung dari besaran pengeluaran yang berbeda-beda per bulannya. Langkah ini kurang tepat, karena bank melihat nilai cash yang dihasilkan setiap bulannya, bukan melihat jumlah pengeluaran kita. Dengan terus melakukan kebiasaan tersebut, maka akan mengurangi penilaian bank terhadap diri Anda sendiri.
  5. Anda mungkin menganggap membayar tunai lebih baikdaripada berhutang. Ketika tabungan cukup baru membeli rumah. Ini tidak sepenuhnya salah. Namun, ketika tabungan sudah dirasa cukup, sementara harga properti terus naik, akhirnya tetap tidak bisa terbeli.
  6. Kadang orang menganggap, bahwa bank sebagai "musuh", bukan partner. Alhasil, orang akan berkutat pada keyakinan bahwa bank sebagai organisasi jahat atau rentenir, dan stigma buruk lainnya. Stigma negatif ini tidak baik diteruskan bila akhirnya Anda harus berhutang kepada bank.
  7. Kesalahan terakhir adalah Anda menganggap meminjam uang di bank harus memiliki koneksi atau orang yang dikenal. Padahal, bank memiliki mekanisme yang terbuka luas dan umum bagi siapa saja.